Ada banyak cerita kehidupan di lokalisasi, termasuk
Dolly. Pusat penjaja asmara sesaat itu menjadi mimpi indah bagi sebagian
penghuninya. Gelimang uang dan gemerlap kehidupan, membuat banyak
perempuan menyerbu ‘sarang madu’. Namun, ada sedikit di antara mereka
yang memilih berhenti di masa jayanya.
Tangan Nina sigap memegang
penutup mesin blender. Dia memastikan, seluruh buah di dalam mug kaca
lumat digilas pisau blender. Di sebelah rombongnya, seorang pelanggan
sabar menunggu. Lima menit kemudian, buah padat itu berubah menjadi
minuman siap santap.
Seorang laki-laki berperawakan kurus,
membantu Nina memindahkan buah yang sudah menjadi jus itu ke kantung
plastik. Setelah diberi sedotan, es jus itu berpindah tangan ke pemesan.
Segera pelanggan merogoh uang di kantong.
Jarwo Susanto, nama
lelaki yang membantu Nina itu. Dia tidak lain suami Nina. Sudah setahun
Jarwo menikahi Nina. Keduanya menjalin kisah yang berliku. Sebelum
dinikahi Jarwo, Nina adalah pekerja seks komersial di sebuah wisma di
Dolly.
Nina berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah. Pada 2012, Nina
merantau ke Surabaya. Dolly menjadi destinasinya. Dia datang atas
rekomendasi seorang teman. Dalam bayangan Nina, Dolly menawarkan
timbunan pundi-pundi rupiah.
“Saya ingin menghidupi keluarga dan an
ak semata wayang di desa,” kata Nina.
Saat
pertama bekerja di wisma, hati Nina gundah. Dia bingung. Satu sisi
rupiah mengalir deras ke kantongnya. Di sisi lain, dia ingin hidup
normal layaknya perempuan pada umumnya. Namun, gundah itu disimpannya
rapat-rapat. Nina hanya ingat keluarga dan anaknya yang menggantungkan
hidup kepadanya.
Sembilan bulan kemudian, harapan Nina pensiun
dari PSK terkabul. Ia bersumpah meninggalkan dunia prostitusi. Sumpah
itu diucapkan setelah Jarwo menyatakan siap menjadikannya istri.
Jarwo
bukanlah pelanggan ‘anak-anak’ wisma. Ia penjaja kopi di warung dekat
wismanya bekerja. Selama sembilan bulan menjadi penghibur di Dolly, Nina
memang kerap datang ke warung.
Di setiap ada kesempatan, keduanya
sering terlibat perbincangan. Jarwo mengutarakan ketertarikannya kepada
Nina. Sudah lama hati Jarwo sulit bertambat ke hati seorang perempuan.
Nina-lah yang membuka hati Jarwo. Satu bulan setelah hubungan mereka
dekat, Jarwo langsung melamar Nina.
Keluarga Jarwo tidak mempermasalahkan masa lalu Nina. Begitu juga
dengan keluarga Nina yang menerima Jarwo apa adanya. Satu hal yang
membuat Jarwo semakin cinta kepada Nina. Perempuan 27 tahun itu rela
hidup susah dengannya. Padahal, menjadi PSK, dia bisa mengantongi
belasan juta rupiah dalam satu bulan.
Nina memang sudah menguatkan
hati untuk berhenti menjadi PSK. Dia ingin merajut kasih dengan lelaki
yang diidamkannya. Lelaki yang menerima dia dan masa lalunya. Jarwo-lah
yang dianggapnya bisa membimbing dia meninggalkan masa kelam dalam
kehidupannya.
Keduanya lantas sepakat bekerja bersama untuk
menghidupi keluarga. Berbekal rombong sumbangan Pemkot Surabaya, Nina
dan Jarwo bergantian berjualan minuman. Pagi sampai sore, Nina berjualan
jus buah. Kadang Jarwo membantunya. Sore sampai subuh, giliran Jarwo
yang menjajakan kopi dan lontong lodeh.
“Lontong lodeh buatan
istriku enak lho,” puji Jarwo. Hasil dari berjualan siang malam itu
memang tidak sebesar penghasilan Nina semasa menjadi PSK. Namun,
keduanya mensyukuri apa yang didapat dari hasil jerih payah mereka.
“Istri saja kerjanya semangat. Dia tulus dan ikhlas hidup dengan saya,” imbuh Jarwo sembari melirik Nina.
Sebelum
isu penutupan merebak, keduanya bisa meraup penghasilan Rp 400.000
setiap hari. Sekitar 4 kilogram gula dihabiskan keduanya. Secara
berkala, Nina mengirim uang ke desa untuk kebutuhan anaknya yang masih
berusia tiga tahun.
Namun, kondisi mereka kini sedikit berubah.
Penghasilan keduanya menurun drastis. Setiap hari, Jarwo dan Nina hanya
mengantongi Rp 100.000 hari. Kalau saja, banyak lelaki baik-baik seperti
Jarwo mau menikahi PSK, pastilah barisan wanita di lembah hitam itu
akan banyak terkurangi.
Tentu saja, sang perempuan juga perlu
mencontoh Nina, rela kerja berat. Tentu saja hasilnya juga jauh lebih
kecil dibanding penghasilan sewaktu menjadi PSK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar